Sabtu, 13 Juni 2009

Tugas PLLB (Artikel)


MUSLIHAH/ J1B108035

PANTAI TAKISUNG




Pantai di Propinsi Kalimantan Selatan khususnya di kecamatan Takisung merupakan kawasan pariwisata, pantai takisung letaknya sebelah barat Kabupaten Tanah Laut. Berjarak ±22 Km dari kota Pelihari atau ±87 Km dari Ibu Kota Propinsi Kalimantan Selatan (Banjarmasin). Pesisir pantainya ditumbuhi pohon kelapa dan menyediakan berbagai atraksi wisata seperti : berenang, memancing, naik perahu, adapun pemukiman dan juga tambak sebagai kegiatan administratif pemerintahan. Penduduk yang berada di lokasi wilayah perairan pantai ini mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan dan petani tambak. Akibat eksploitasi yang berlebihan mengakibatkan rusaknya prasarana dan sarana permukiman dan areal tambak, dampak lainnya adalah perubahan morfologi pantai dimana telah terjadi erosi dan abrasi pantai kian relatif besar sehingga mengakibatkan mundurnya garis pantai. Beberapa usaha untuk menanggulangi erosi dan mundurnya garis pantai telah dilakukan oleh pihak-pihak terkait, diantaranya adalah melakukan kegiatan pengisian pantai (beach fill) pada pantai Takisung, tetapi pada kenyataannya pantai tersebut masih terjadi erosi juga terjadi terjadi mundurnya garis pantai di sekitar pantai pasir buatan.

Dalam menentukan tingkat perubahan pantai yang dapat dikatagorikan kerusakan daerah pantai adalah tidak mudah. Untuk melakukan penilaian terhadap perubahan pantai diperlukan suatu tolok ukur agar supaya penilaian perubahan pantai dapat lebih obyektif dalam penentuan tingkat kerusakan tersebut. Perubahan pantai harus dilihat tidak dalam keadaan sesaat, namun harus diamati dalam suatu kurun waktu tertentu. Perubahan garis pantai yang terjadi sesaat tidak berarti pantai tersebut tidak stabil, hal ini mengingat pada analisis perubahan garis pantai dikenal keseimbangan dinamis daerah pantai. Keseimbangan dinamis berarti pantai tersebut apabila ditinjau pada suatu kurun waktu tertentu (misalnya satu tahun) tidak terjadi kemajuan atau kemunduran yang langgeng, namun pada waktu-waktu tertentu pantai tersebut dapat maju atau mundur sesuai musim yang sedang berlangsung pada saat itu. Untuk mengetahui perubahan pantai secara tepat perlu adanya patok pemantau (monitoring) yang diketahui koordinatnya, dan dipasang pada tempat-tempat yang rawan erosi dan diamati pada setiap bulan (minimum dilakukan selama satu tahun).

Kerusakan daerah pantai dalam hal ini yang akan ditinjau adalah berupa (Litbang PU

Pengairan 1993):

1. Pengurangan daerah pantai:

a) pengurangan daerah pantai berpasir atau lunak disebut erosi

b) pengurangan daerah pantai berbatu /bangunan disebut abrasi

2. Sedimentasi dan pendangkalan muara

3. Kerusakan Lingkungan Pantai

Dalam kriteria tersebut dikelompokkan dalam beberapa jenis kerusakan berikut ini:

1. Erosi

a. perubahan garis pantai

b. gerusan di kaki bangunan

c. daerah yang terkena erosi dan pengaruhnya terhadap daerah lain

2. Abrasi

a. abrasi di batuan

b. abrasi di tembok laut/pelindung pantai

c. daerah yang terkena abrasi dan pengaruhnya terhadap daerah sekitarnya.

3. Pendangkalan muara dan sedimentasi

a. lamanya muara tertutup

b. persentase pembukaan muara

c. daerah yang terkena sedimentasi dan pengaruh sedimentasi

4. Kerusakan lingkungan

a. permukiman

b. kualitas air laut

c. terumbu karang

d. hutan mangrove

e. bangunan bermasalah






Tugas PLLB (Artikel)

Muslihah / J1B108035

PEMANFATAN LAHAN GAMBUT

Keberadaan lahan gambut semakin dirasakan peran pentingnya terutama dalam menyimpan lebih dari 30 persen karbon terrestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta memelihara keanekaragaman hayati. Berbagai pengalaman dalam pengelolaaan lahan gambut telah dikembangkan dalam berbagai cara dan juga memberikan hasil yang berbeda. Di beberapa tempat yang memiliki pengelolaan gambut yang baik telah menghasilkan dampak positif terhadap lingkungan dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan pada kasus-kasus pengelolaan yang buruk, memberikan dampak negatif terhadap lingkungan ekonomi dan juga kehidupan manusia.

Berdasarkan fakta di lapangan, pembukaan hutan rawa gambut untuk pertanian, ternyata masih lebih dominan menimbulkan masalah lingkungan dan menyulitkan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dengan kata lain, pengalihan fungsi hutan rawa gambut pasti akan diikuti dengan perubahan ekosistem yang sangat cepat dan ditandai dengan meningkatnya intensitas malapetaka bagi manusia. Kegagalan pemanfaatan gambut tidak lain disebabkan banyak faktor yang dilangkahi dan tidak dipertimbangkan sebagai kriteria dalam pemanfaatannya. Dasar pemanfaatan lahan gambut yang selama ini hanya mengandalkan KEPPRES No. 32 Tahun 1990 yang menyatakan bahwa ketebalan gambut lebih dari 3 meter untuk dikonservasi atau untuk kehutanan dan kurang dari 3 meter dapat dijadikan kawasan produksi, tampaknya harus ditinjau kembali. Mengacu dari pertemuan Tim Ad Hoc di BAPPENAS, Limin et al (2003) menyatakan bahwa KEPPRES No. 23/1990 ditetapkan tidak berdasarkan hasil riset dan fakta lapangan, melainkan hanya mengakomodir pendapat para peserta rapat yang hadir dalam penetapannya. Tetap memberlakukan KEPPRES No. 32/1990 tersebut dipastikan akan menyebabkan kerusakan hebat pada lahan gambut yang tersisa, dan menyulitkan restorasi lahan gambut yang telah rusak. Oleh karena itu, selain harus mempertimbangkan aspek budaya masyarakat dan aspek pasar, Limin (2000) mengajukan kriteria pemanfaatan gambut seperti diperincikan pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 . Kriteria pemanfaatan gambut berdasarkan ketebalan lapisan, bahan di bawah gambut dan hidrologi

No.


Ketebalan(cm)


Bahan di bawah

lapisan gambut

Hidrologi

Peruntukan


1

50


1.1. Mineral liat

1.2. Pasir/granit


1.1. Tak bermasalah

1.2. Bemasalah/tak

bermasalah


1.1. Padi/palawija,usaha

tambak/beje

1.2. Konservasi


2

(50 – 100)


2.1. Mineral liat

2.2. Pasir/granit


2.1. Tak bermasalah

2.2. Bemasalah/tak

bermasalah


2.1. Padi/palawija, komoditi perkebunan

2.2. Konservasi


3

(100 – 200)


3.1. Mineral liat

3.2. Pasir/granit


3.1. Tak bermasalah

3.2. Bemasalah/tak

bermasalah

3.1. Komoditi perkebunan

3.2. Konservasi


4

> 200


4.1. Mineral

liat/pasir/granit


4.1. Bemasalah/tak

bermasalah

4.1. Konservasi


Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan alami pohon-pohon bernilai ekonomis tersebut, maka “Wise Use of Tropical Peatland” hendaknya tidak lagi harus dipaksa untuk melakukan perubahan yang justru mengakibatkan munculnya.

Selasa, 02 Juni 2009

1. Buatlah model polusi lahan rawa pasang surut yang telah dikonversi untuk sawah dengan menggunakan metode pertanian intensif. Perbandingan pupuk sintesis dan pupuk kandang yang digunakan adalah 1:2. Laju penguraian pupuk berbanding 2:6. Untuk menguraikan pupuk tersebut diperlukan air sebanyak 1000 liter per bulan per hektar lahan. Untuk menghasilkan 5 ton gabah kering per tiga bulan diperlukan 100 kg pupuk sintesis. Untuk mengejar target produksi tahunan sebesar 5 M ton per tahun apa yang harus dilakukan jika pemakaian pupuk tidak boleh lebih dari 150 kg per hektar.

jawab
dik : pupuk yang digunakan = sentesi : organik= 1 : 2
laju penguraian = pupuk sentesis : pupuk organik= 2 : 6
air yang digunakan untuk penguraian pupuk = 1000 l/bulan/ha
100 kg pupuk sentik untuk menghasilkan 5 ton gabah kering/3 bulan
satu hektar lahan tidak boleh lebih 150 kg pupuk yang digunakan
terget produksi satu tahun 5 mega ton

dij :
target yang ingin di capai adalah 5 Mega ton = 5.000.000 ton per tahun
karena dalam satu tahun ada 4 kali panen jadi
5.000.000 ton : 4 = 125000
jadi untuk mencapai target minimal setiap panennya 125.000 ton per 3 bulan.

pupuk yang diper lukan per hektarnya 150 kg, jadi untuk menghasilkan 5 ton gabah kering per tiga bulan tanah yang digunakan 2 hektar. maka 5 ton masapanen 3 bulan membutuhkan tanah 2 ha.

125000 ton (target) : 5 ton (perolehan awal) = 25000 ton
maka dapat dihitung dengan cara

gabah kering awal = target gabah kering

hektar awal hektar target

5 ton = 125.000 ton

2 ha hektar target

hektar target = 50.000 ha/3 bulan

jadi untuk mencapai target 5 M ton = hektar target per 3 bulan x 4 kali panen salama satu tahun = 50.000 x 4 = 200.000 ha untuk memperoleh target dalam setahun maka diperoleh 200.000 hektar tanah yang diper lukan


pupuk yang digunakan
hektar mengunakan pupuk adalah 150 kg
untuk mencapai target yang seluasnya didapat 200.000 hektar adalah
150 x 200.000 = 30.000.000 pupuk
perbandingan banyak pupuk
1 : 2 untuk pupuk sentresis dengan pupuk organik
20.000.000 pupuk organik dan 10.000.000 pupuk sentesis

2. untuk menaikan pH air dikawasan budidaya perikanan dari 4 menjadi 5 diperlukan 100 ton kapur per bulan . jika 1 liter air dengan pH 4 perubahan menjadi 5 diperlukan 1 gram kapur. Berapakah jumlah air yang digunakan dalam kegiatan budidaya perikanan tersebut perbulan

jawab
padaskala kecil jumlah kapur 1 gram = 0,001 kg
jumlah air = 1 liter
pada skala perairan jumlah kapur 100 ton = 100.000 kg

skala kecil = skala perairan

jumlah air = jumlah air

kapur kapur

1 liter = jumlah air 0,001 kg 100.000 kg

jumlah air = 100.000.000 liter

jadi air yang diper lukan adalah 100.000.000 liter


3. sebutkan enam sungai besar yang berasal dari pegunungan meratus dan bermuara dikawasan rawa (cekungan Barito) dan di sungai Barito.
jawab

1.
Sungai Kapuas

2.
Sungai negara

3. Sungai Kahayan

4.
Sungai Pekapuran

5. Sungai Tabuk

6.
Sungai Amandit